Selasa, 20 Februari 2024

Mengikhlaskan

Ada beberapa hal yang akan ku sampaikan disini.

Yang pertama adalah perihal perasaan yang datang tiba-tiba secara sporadis.
Lucu memang, dari beberapa pertemuan singkat yang bagimu tidak berarti, tapi tidak bagiku.
Dari semua candaanmu aku selalu mengira-ngira adakah sebuah kode untukku.
Bagiku kau begitu pandai mencuri hati seseorang, salah satunya adalah aku, dari sekian hati yang kau curi, hanya hatiku lah yang pada saat itu tak terkunci.

Yang kedua adalah benih asamara yang semakin tumbuh setiap kali menemui perjumpaan.
Konyolnya, aku selalu terbawa perasaan dalam setiap perjumpaan itu, bagimu ini mungkin biasa saja, tapi bagiku ini lebih dari biasa.
Bagaimana bisa aku membohongi hatiku sendiri, bahwa kali ini aku benar-benar jatuh hati,
Tak perduli kau milik siapa, hatiku keras kepala.

Yang ketiga adalah harapan, selepas perjumpaan aku selalu berandai-andai esok hari bisa menemuimu hanya sekedar memabawakanmu sarapan roti dan air putih, lalu kembali pulang dengan harapan apa yang ku semogakan bisa jadi kenyataan.
Aku tak pernah menyangka akan sejauh ini aku terlarut dalam ini semua, yang bahkan pada awalnya aku tak pernah tau asal-usul mu, hingga akhirnya sampai ke titik saling menguatkan, hingga hanya sebatas mengingatkan istirahat dan makan siang.

Yang terakhir adalah mencoba mengikhlaskan.
Pada akhirnya, aku harus di pukul lagi oleh kenyataan, karena apa yang selalu ku semogakan tidak selalu berujung dengan apa yang di harapkan.
Aku belajar, bahwa apa yang kita berikan tidak selalu sama dengan apa yang kita dapat, 
Hatiku tak lagi bisa keras kepala.
Jika aku hanya mengandalkan ambisi untuk mendapatkanmu, mungkin hatiku akan jatuh di tengah jalan.
Dari awal perjumpaan hingga aku larut dalam semua ketiadaan, sekalipun aku tak pernah berahap perasaan ini di balas dengan hal yang sama.
Bagiku menyayangimu ada banyak cara, salah satunya adalah mendo'akanmu, agar kau selalu di kelilingi rasa bahagia tanpa pernah merasa kecewa.
memperdulikanmu tanpa harus lagi di tunjukan.
Hingga aku sadar, tuhan tidak ingin melihat kita berantakan, makanya kita di pisahkan di tengah jalan
Jika hatimu tak kunjung aku dapatakan, biarkan aku melepasmu dengan keikhlasan,

Karena puncak dari mencintai seseorang adalah mengikhlaskan.






Senin, 29 Agustus 2016

SEBUAH PERASAAN YANG PERLU DI PERTANYAKAN

BAB I

Sore itu senja terbungkus rapih bersama senyummu yang bukan tertuju untukku.
Aku tak tahu apakah aku bisa menatapmu lebih lama ? masalahnya, sekarang kau sedang berdiri di seberang sana bersama dia yang saat ini kau genggam erat jemarinya. aku tersenyum pilu melihatmu begitu bahagia  dengannya.
bebrerapa perasaan memang kadang harus terbunuh tanpa penjelasan.
betapa tak berdayanya aku untuk jauh mengenalmu lebih dalam.
Aku tak akan sekuat ini jika bukan karenamu, aku tak akan setegar ini jika alasannya bukan kau, aku tahu mencintaimu itu menyakitkan, tapi melupakanmu itu jauh lebih menyulitkan.




Seiring senja yang merah jingga  berpamitan bersama perasaan yang tak pernah kau hiraukan.
Hatiku terkujur kaku saat aku divonis hanya bisa mengagumi tanpa pernah memiliki, harpanku tumpah bersamaan dengan tangis yang tak pernah bisa kutepis.


Kau masih ingat dulu ? tempat ini adalah tempat paling sering kau menaruh kepalamu di pundakku, mendengar kelukesah tentang kesakitanmu itu adalah caraku untuk membuatmu lupa dengan masalalu, setiap kau merasa patah hati, kau selalu menghampiri aku yang tak pernah kau beri arti.

Ditempat ini juga kau berjanji padaku, jika kelak kita mempunyai pasangan, kau tak mau salah satu dari kita saling melupakan.
kau tahan semua gerakku tanpa pernah kau beri kepastian, kau bungkam semua persaanku agar hanya tertuju padamu, dimana sebenarnya aku berada ? di hatimu, atau hanya di harapku yang tak pernah jadi nyata.

Aku selalu berusaha membunuh perasaanku sendiri, tapi apa daya kau selalu datang meluluh lantahkan semuanya yang sudah ku rencanakan. menggelar kembali rindu yang sudah ku gulung rapat-rapat, meski di hatimu tak pernah dapat tempat. aku ingin kita lebih dekat, bukan sekedar sahabat atau teman dekat.
entah tuhan tak mengijinkan kita untuk saling jatuh cinta, atau kau yang memang tak mengijinkan aku utnuk ada di dalamnya.

Kini hatimu sudah di hiasi olehnya yang sangat kau cintai, lalu aku kau anggap apa selama ini ? aku juga ingin di dengar, bukan hanya mendengarkan, perasaanku juga perlu jawaban, bukan cuma kau abaikan.
setidaknya jika kau tak bisa memberi kepastian, biarkan aku pergi bersama perasaan yang perlu di semayamkan. aku akan mencoba membohongi diri sendiri, berpura-pura baik-baik saja pada semsta, pada senja yang sedang kau nikmati berdua.

Semoga, penyesalan tak menyelinap masuk di kebahagianmu. 


-RENNO GANIAR-

Minggu, 28 Agustus 2016

MENUTUP HATI

Selamat malam kau yang telah menjadi guru kehidupan ?
Apakah kebohongan masih menjadi cara untuk membuatmu bahagia ?
Apakah kau masih sering bermain peran untuk mendapatkan apa yang kau mau ?
Apakah kau masih sering mengobral perasaanmu sendiri hanya untuk mengisi waktu ? KETERLALUAN !


Kau masih ingat saat perasaanku kau patahkan begitu saja ? lalu kau pergi entah kemana arah.
kau hancurkan apa yang dulu kita punya hanya untuk sebuah kepuasaan, apa aku tak begitu membuatmu bahagia ?
seharusnya kau tak perlu sembunyi-sembunyi untuk pergi dari sini, apakah kau tak mengerti cara berpamitan ?


Semua kepalsuanmu seakan menjadi bom waktu bagiku, begitu menggelegar merusak ulu hati, itu lebih sakit dari pada terbunuh secara perlahan. Kau tak pernah tau seberapa besar apa aku menaruh masa depan di hadirmu, menitip rindu dibatinmu, mendoakanmu tak kenal waktu. Ternyata semua itu tak berarti bagi mu, tak sedikitpun kau hargai semua yang aku berI. Aku hanya kau jadikan tempat singgah sementara, bukan 'RUMAH' . Tapi setidaknya, sekarang aku mengerti bahwa perasaan itu  tak bisa di paksakan.


Kini kau datang untuk meninta maaf dan menanyakan perasaan ku kembbali, penyesalan memang selalu datang di akhir.Ingat! Aku tak akan menelan ludah ku sendiri. Pada mu aku berpesan, MAAF, aku tak sedang ingin berdrama denganmu.


Takkan aku buka lagi lembaran itu, takkan ku obrak abrik masa lalu, kau dan aku kirni berbeda, duniamu tak lagi duniaku. Teruskan saja apa yang kau mau, sedikitpun aku takkan mengingatmu.

Takkan aku lihat lagi, apa yang kita punya dulu, sedikitpun aku takkan membencimu yang aku benci hanya caramu yang tak pernah menghargai rasa.



Sudahku maafkan dari jauh hari, tapi untuk hati telah ku tutup kembali.



                                                             -RENNO GANIAR-